Sunday, March 31, 2013

Menulis




          Pada dasarnya, setiap orang  memiliki kemampuan untuk menulis. Hanya saja, tinggal bagaimana orang tersebut mampu untuk mengolahnya. Butuh kemauan, ketekunan dan kreatifitas dalam menulis. Secara teknik memanglah mudah. Jika ingin menulis, tinggal ditulis saja. Bisa di kertas, buku, laptop dan lain sebagainya. Terkadang, ketika kita menuliskan sesuatu, pasti terbentur oleh ide. Orang akan berpikiran, "hal apa yang harusnya ditulis? kira-kira, saya mau menulis apa?". Ide itu bisa muncul darimana saja, di mana saja dan kapan saja. Bahkan mungkin, kita kebanjiran ide. Mengapa  kita sampai bisa bertanya apa yang harusnya ditulis? atau saya mempunyai ide apa untuk ditulis? Jawabannya adalah karena kita kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Banyak hal yang ada di sekitar kita yang bisa dijadikan bahan tulisan. Misalnya saja, pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain, peristiwa hari ini, berita-berita terkini dan masih banyak lagi yang lainnya. Satu yang menjadi kunci adalah kita bisa peka terhadap lingkungan sekitar. Ketika kita sudah peka, maka ide itu akan muncul dengan sendirinya. Dengan sedikit kreatifitas, maka jadilah sebuah tulisan.

           Mungkin, menulis bukanlah keahlian saya. Bukan juga bidang saya, apalagi hobi saya. Ketika disuruh untuk menulis, maka saya adalah orang nomor satu yang menolaknya. Karena dalam pandangan saya, menulis itu adalah suatu hal yang merepotkan. Hal ini bisa dilihat dari kelakuan saya sejak kecil. Ketika belajar di sekolah, jarang sekali saya untuk mencatat. Kalaupun ujian dekat, maka jurus terjitu saya adalah fotokopi catatan teman. That's very simple. Seiring dengan berjalannya waktu, hingga saya menginjakkan kaki di bangku universitas, pandangan saya mengenai menulis itu sedikit demi sedikit mulai berubah. Di bangku universitas pun, saya dituntut untuk menulis. Karena basic saya adalah sains, maka tulisan saya pun berbentuk laporan. Saya sangat tersiksa dengan tuntutan tersebut, satu hari bisa 2-3 laporan. Bayangkan, itu semua harus ditulis tangan, tidak pakai ketikan. Betapa keritingnya tangan saya. Sempat saya merasa jenuh dengan semua itu. Tetapi saya berusaha untuk bersabar. Sampai suatu hari, saya terketuk oleh suatu hal. Saya melihat banyak teman saya yang gemar menulis, rata-rata berhasil. Berhasil dalam hal apapun, entah itu lolos dalam karya tulis, paper, essay dan lain sebagainya. Bahkan saya mempunyai seorang teman yang merupakan penulis novel terkenal. Semua karyanya sukses. Di saat itulah, saya mulai berpikir dan tersadar. Bahwa menulis itu adalah satu hal yang penting. Dan yang menjadi sebuah kebetulan adalah entah mengapa teman-teman saya banyak yang memberi saya hadiah buku catatan. Hal ini pertanda bahwa, saat inilah saya harus menulis. 

          Seketika kemauan menulis saya muncul, seketika itu pula Unit Kegiatan Mahasiswa yang saya ikuti membuka kelas kepenulisan. Betapa bahagianya hati ini dan saya pun mendaftar dalam kelas tersebut. Hal yang menarik bagi saya adalah tentor dalam kelas kepenulisan tersebut. Menurut saya, beliau adalah orang yang keren dan luar biasa. Dalam pikiran saya, beliau akan mengajarkan tentang teknik dalam menulis. Tetapi, itu di luar dugaan saya. Beliau sama sekali tidak mengutamakan hal tersebut. Penjelasan dari beliau membuat pandangan saya semakin luas. Saya sangat beruntung bisa bertemu dengan beliau. Dengan penugasan dalam setiap minggunya, maka mau tidak mau saya harus menulis. Tetapi hal itu membuat saya merasa senang. Saya tidak merasa terbebani sedikit pun. Bahkan, dengan hal tersebut, saya menjadi kecanduan dalam menulis. Saya ingin terus menulis. Menulis dalam hal apapun. Saya takut ketika saya berhenti untuk menulis, maka saya tidak akan mampu untuk membangkitkan semangat menulis itu. Oleh sebab itu, saya akan berusaha untuk terus berkarya dalam tulisan-tulisan saya. Menulislah kawan, karena dengan menulis engkau akan mengubah pandangan dunia. 

-Semangat menulis, semangat berkarya-

No comments:

Post a Comment