Tuesday, June 11, 2013

My Adventure

"The world is your adventure"
Aku berjanji akan mengisi "my little green book" dengan petualangan-petualanganku yang tak akan pernah aku lupakan. Yup, keliling dunia. Impian yang akan selalu ada di dalam benakku. Dengan itu, aku akan bisa tahu bahwa dunia ini tak seburuk yang aku bayangkan. Akan ada banyak kejutan di dalamnya. Kejutan yang mungkin tak pernah aku bayangkan. Mengingat akan ciptaan-ciptaanNya dan juga kebesaranNya. 

My Adventure

Friday, April 19, 2013

Hobi Baru

Membaca tulisan orang itu, sungguh sangat menyenangkan bagiku. Bisa mengerti berbagai macam karakter dari si penulis, melalui blog ataupun yang lain. Kebanyakan memang isinya adalah pengalaman pribadi, namun tak jarang juga ada yang menuliskan tentang artikel-artikel ilmiah ataupun yang lain. Menulis itu dapat menggambarkan karakter seseorang. Apakah dia termasuk orang yang pendiam, ceria, puitis, romantis, humoris atau yang lainnya. Itu dapat terbaca dari tulisan si penulis. 

Ketika menulis, kita tidak dibebankan oleh apapun. Semuanya akan tercurahkan. Dari gaya bahasa, pemilihan kata, diksi semuanya akan terlihat. Lepas dan spontan. Itulah menulis. 

Hey, jika dipikir-pikir sobat, aku serasa punya hobi baru. Membuka blog orang-orang untuk mengetahui apa yang mereka tulis. Tapi, bukan berarti aku ini kepo lho...


Sunday, April 14, 2013

Perjalanan Ke Batu, Malang

(10/4) Sore itu, Aku dan Irma (temanku) berangkat dari jogja dengan menggunakan kereta pukul 16.15 WIB. Tujuan kami sebenarnya adalah ingin survey untuk Kerja Praktek, di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (BALITJESTRO), Batu, Malang. Tetapi, berhubung kami selesai UTS masih ada sedikit waktu libur sampai hari minggu, maka kami putuskan untuk sekalian pulang kampung. Rumah kami tentu saja berbeda tempat, Irma yang bertempat tinggal di Trenggalek, sedangkan aku bertempat tinggal di Jombang. Namun pada hari itu, kami memutuskan untuk menuju Jombang terlebih dahulu, lalu keesokan harinya baru berangkat ke Batu, Malang.

Sore itu benar-benar mendukung kami. Jogja yang biasanya sore hari hujan, seketika itu sangat cerah. Tak ada mendung, ataupun bau-bau hujan. Kami sangat bersyukur bisa datang di stasiun tepat waktu tanpa halangan. Dengan diantar kedua teman kami, yaitu Laras dan juga Dita. Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, kami segera bergegas menuju stasiun. Tak lupa, kami berpamitan kepada kedua teman kami. Sesampainya di stasiun Tugu Jogja, ternyata kereta yang kami tumpangi sudah siap berada di jalur 2 untuk berangkat. Kami pun bergegas masuk ke dalam kereta. Waktu menunjukkan pukul 16.15, kereta pun berangkat.

Sebenarnya, naik kereta adalah kebiasaanku jika pulang kampung maupun balik ke jogja. Karena bagiku, kereta adalah transportasi yang cepat jika dibandingkan dengan naik bus atau travel. KA Sancaka selalu menjadi andalanku. Kereta ini memiliki tujuan dari Jogja-Surabaya, dan sebaliknya. Sehingga, kereta ini dapat berhenti di Stasiun Jombang. Jika kereta menjadi transportasi andalanku, maka tidak dengan Irma. Biasanya Irma menggunakan Bus atau Travel untuk pulang kampung, karena jika naik kereta maka jatuhnya akan lebih lama dan lebih ribet. Ia harus naik kereta jurusan malang, kemudian turun di stasiun Tulungagung, lalu dari Tulungangung ia harus naik bus lagi untuk menuju Trenggalek. Tentu lebih ribet bukan? Selain itu juga, harga tiket jogja-malang pun tidaklah murah. Sehingga, ia lebih memilih untuk naik Travel atau Bus, karena bisa sampai di tempat.

Perjalanan kami dari Jogja menuju Jombang ditempuh kurang lebih 3,5 jam. Namun pada saat itu, kedatangan kami di Stasiun Jombang sangat telat. Jadwal kedatangan yang harusnya pukul 19.55 WIB, sampai di stasiun Jombang pukul 20.30 WIB. Kedatangan kami disambut hangat oleh Ayahku. Kami dijemput dari stasiun, kemudian menuju ke rumahku.

Lelah karena perjalanan, kami langsung tidur agar keesokan harinya dapat bangun di pagi hari. Keesokan harinya, kami pun berangkat menuju Batu, Malang. Perjalanan menuju ke sana sangat menyenangkan, pemandangannya begitu luar biasa. Maka, Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

Pemandangan saat perjalanan
Pemandangan pegunungan yang sangat indah ditambah hamparan sawah nan hijau, membuat perjalanan terasa menyenangkan. Tetapi, ada hal lain yang membuatku sedikit tidak nyaman. Jalan menuju kota Batu yang berkelok-kelok, membuat kepala dan lambung terasa berputar-putar. Sehingga sebagian besar perjalanan, aku hanya tertidur. Tiduk kuat menahan pusing dan rasa mual. Sangat disayangkan memang tidak bisa menikmati indahnya panorama alam.

Perjalanan kamu menuju kota Batu ditempuh kurang lebih 2 jam. Pukul 09.30 WIB, kami pun sampai di kota Batu. Di kota Batu suasananya sangat sejuk. Udaranya juga segar. Kami pun langsung menuju tempat survey, BALITJESTRO. Ternyata balai tersebut berdekatan dengan wisata kota Batu, seperti Eco Green Park, Museum Satwa (Jatim Park 2) dan BNS (Batu Night Spectacular). Sesampainya di sana, kami langsung menuju reservasi dan kami langsung diantarkan ke ruang pengelola. Orang yang menyambut kami bernama Bu Ummy. Beliau sangat ramah dan baik serta murah senyum. Seketika itu kami langsung mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan kami, dan sekaligus berkonsultasi mengenai kerja praktek yaang akan kami laksanakan di sini. Setelah berkonsultasi dan berdiskusi, kami pun beranjak keluar ruangan. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami bermain-main di sekitar kebun BALITJESTRO. Ternyata kebunnya cukup luas, dan sebagian besar kebun ditanami dengan tanaman jeruk. Namun, ada beberapa juga yang ditanami seperti buah anggur, strawberry dan kelengkeng. 
Plasma Nutfah Jeruk Keprok
Di tengah-tengah bibit tanaman Jeruk
































Selain itu, kami juga bertemu dengan Bapak-bapak yang sedang melakukan pembibitan tanaman jeruk. Kami berbicara banyak mengenai tanaman jeruk. Dan yang paling seru lagi adalah kami diberi jeruk. Awalnya mereka memberikan kami jeruk yang ukurannya sangat kecil. Salah satu Bapak yang kami tak tahu namanya tersebut bilang, "Dicoba dulu mbak, cara makannya kulitnya semuanya dilepas dulu, baru langsung dimakan semuanya". Awalnya kami sempat ragu untuk memakannya, karena menurut kami jeruk kecil tersebut adalah jeruk hias yang tidak bisa dimakan. Irma adalah yang pertama kali mencobanya. Dan komentarnya, "aaa,,,kecut banget >.<". Aku pun semakin tertantang untuk memakannya. Dan setelah jeruk itu masuk ke dalam mulut, sesegera mungkin langsung aku telan. Karena ternyata memang benar, rasanya asam selangit >.<. hehe... Kami berdua pun langsung tertawa terbahak-bahak, begitu juga dengan Bapaknya. Sebagai penawarnya, kami pun diberikan jeruk lagi yang rasanya luar biasa manis.

Jeruk yang super manis
Setelah kami mencicipi jeruk, kami pun berpamitan dan langsung melanjutkan perjalanan. Aku dan Irma, sudah merencanakan untuk mampir ke Eco Green Park. Karena kami berdua belum pernah untuk ke sana. Selain itu juga, wisata tersebut tergolong masih baru. Karena baru berdiri sekitar 10 bulan. Mau tau ceritanya, tunggu tulisan selanjutnya ya sobat. :) 

Foto bersama di depan Balitjestro

-To Be Continued-

Tuesday, April 2, 2013

Komitmen = Janji





          Bagi saya, pernikahan bukanlah suatu permainan. Bukan pula gurauan atau pun candaan. Ia adalah sebuah komitmen, yang harus dipegang sampai akhir hayatnya. Seseorang yang telah menikah itu tandanya bahwa ia sudah berkomitmen untuk hidup bersama, membangun peradaban bersama, mengemban amanah bersama serta melahirkan generasi-generasi yang baru. Yang nantinya akan meneruskan amanah-amanah tersebut. Pernikahan itu adalah bersatunya dua orang berbeda yang memiliki karakter berbeda, namun saling melengkapi satu sama lain dan memiliki pandangan yang sama. Saya tekankan, pernikahan itu bukanlah sebuah permainan.
          Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang yang sudah menikah, namun mereka berhenti di tengah jalan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka belum bisa memegang komitmen secara kuat. Tentu saja, yang menjadi korban adalah anak-anak mereka, tidak tahu harus ikut dengan Ayah atau Bundanya. Secara psikologis tentu ini akan berpengaruh pada mental si anak. Jika dilihat dari fenomena yang ada, kebanyakan ini terjadi pada selebritas di tanah air. Pernikahan mereka kebanyakan memang tidaklah awet. Seharusnya sebagai public figure harus memberikan contoh yang baik bagi masyarakatnya. Bahkan ada juga yang menikah sampai lima kali, akibat kurang bisa membangun komitmen bersama. Mungkinkah dalam pandangan mereka, pernikahan hanyalah sebatas permainan? Sehingga dengan seenaknya mengumbar komitmen, tetapi tidak mampu untuk mengembannya.
           Menurut saya, komitmen adalah sebuah janji yang harus ditepati. Jika mengingkari, itu sama halnya kita bermunafik. Tentu, kita tidak ingin menjadi orang munafik bukan? Oleh karena itu, peganglah komitmen itu kuat-kuat. Jika ia mulai runtuh maka bangunlah kembali komitmen itu. 

Monday, April 1, 2013

Jangan Meremehkan Hal Kecil


         

             Sebenarnya, minggu ini adalah minggu UTS. Tapi, entah mengapa aura UTS tidak dapat dirasakan oleh sebagian mahasiswa. Ini sebuah keanehan. Perlu disadari atau tidak, bobot penilaian UTS memang tidak sebesar pada nilai UAS pada beberapa mata kuliah. Mungkin, itu sebabnya banyak dari sebagian kita yang sangat menyepelekan UTS, karena nilainya yang tidak terlalu besar. Sehingga kebanyakan mahasiswa tidak belajar. Ada yang pernah mengatakan, "ah, UTS cuma 20% kok, udah biarin aja". Hal ini yang seharusnya patut untuk diluruskan. Meskipun nilainya tidak sebesar dari nilai UAS, tapi UTS itu juga penting kawan. Sekecil apapun bobot penilaian UTS, itu nanti juga akan berpengaruh pada nilai akhir. Ketika nilai UTS kita jatuh dan nilai UAS kita tinggi, mungkin nilai kita akan tertutupi oleh nilai UAS. Tapi, jika nilai UTS sudah jatuh, kemudian nilai UAS juga tidak ada bedanya. Maka, hal itu akan membuat nilai kita terpuruk alias diambang batas. Sebagai seorang mahasiswa, kita tidak boleh meremehkan hal-hal yang kecil. Karena hal kecil itu lah yang bisa jadi  membuat kita jatuh. 
             Dalam belajar pun, seharusnya tidak hanya pada saat ujian saja. Tetapi jauh-jauh hari sebelumnya, kita juga harus belajar. Sehingga, tidak ada cerita yang namanya SKS atau biasa disebut Sistem Kebut Semalam. Sepertinya sistem tersebut sudah mendarah daging bagi sebagian besar mahasiswa. Karena kesibukannya yang tidak hanya kuliah tetapi juga sebagai aktivis di sebuah organisasi, membuat sebagian besar mahasiswa lupa diri untuk belajar. Bahkan ada juga yang sampai bolos kuliah, karena terlalu sibuknya di sebuah organisasi. Kalau sudah begini, apa mungkin kita masih meremehkan UTS dengan tidak belajar? Tentu saja kita tidak ingin nilai kita jatuh, bukan? Oleh karena itu, jangan pernah menganggap remeh UTS. So, mari kita tingkatkan intensitas belajar kita. -Selamat Belajar Kawan- :)

Sunday, March 31, 2013

Menulis




          Pada dasarnya, setiap orang  memiliki kemampuan untuk menulis. Hanya saja, tinggal bagaimana orang tersebut mampu untuk mengolahnya. Butuh kemauan, ketekunan dan kreatifitas dalam menulis. Secara teknik memanglah mudah. Jika ingin menulis, tinggal ditulis saja. Bisa di kertas, buku, laptop dan lain sebagainya. Terkadang, ketika kita menuliskan sesuatu, pasti terbentur oleh ide. Orang akan berpikiran, "hal apa yang harusnya ditulis? kira-kira, saya mau menulis apa?". Ide itu bisa muncul darimana saja, di mana saja dan kapan saja. Bahkan mungkin, kita kebanjiran ide. Mengapa  kita sampai bisa bertanya apa yang harusnya ditulis? atau saya mempunyai ide apa untuk ditulis? Jawabannya adalah karena kita kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Banyak hal yang ada di sekitar kita yang bisa dijadikan bahan tulisan. Misalnya saja, pengalaman diri sendiri, pengalaman orang lain, peristiwa hari ini, berita-berita terkini dan masih banyak lagi yang lainnya. Satu yang menjadi kunci adalah kita bisa peka terhadap lingkungan sekitar. Ketika kita sudah peka, maka ide itu akan muncul dengan sendirinya. Dengan sedikit kreatifitas, maka jadilah sebuah tulisan.

           Mungkin, menulis bukanlah keahlian saya. Bukan juga bidang saya, apalagi hobi saya. Ketika disuruh untuk menulis, maka saya adalah orang nomor satu yang menolaknya. Karena dalam pandangan saya, menulis itu adalah suatu hal yang merepotkan. Hal ini bisa dilihat dari kelakuan saya sejak kecil. Ketika belajar di sekolah, jarang sekali saya untuk mencatat. Kalaupun ujian dekat, maka jurus terjitu saya adalah fotokopi catatan teman. That's very simple. Seiring dengan berjalannya waktu, hingga saya menginjakkan kaki di bangku universitas, pandangan saya mengenai menulis itu sedikit demi sedikit mulai berubah. Di bangku universitas pun, saya dituntut untuk menulis. Karena basic saya adalah sains, maka tulisan saya pun berbentuk laporan. Saya sangat tersiksa dengan tuntutan tersebut, satu hari bisa 2-3 laporan. Bayangkan, itu semua harus ditulis tangan, tidak pakai ketikan. Betapa keritingnya tangan saya. Sempat saya merasa jenuh dengan semua itu. Tetapi saya berusaha untuk bersabar. Sampai suatu hari, saya terketuk oleh suatu hal. Saya melihat banyak teman saya yang gemar menulis, rata-rata berhasil. Berhasil dalam hal apapun, entah itu lolos dalam karya tulis, paper, essay dan lain sebagainya. Bahkan saya mempunyai seorang teman yang merupakan penulis novel terkenal. Semua karyanya sukses. Di saat itulah, saya mulai berpikir dan tersadar. Bahwa menulis itu adalah satu hal yang penting. Dan yang menjadi sebuah kebetulan adalah entah mengapa teman-teman saya banyak yang memberi saya hadiah buku catatan. Hal ini pertanda bahwa, saat inilah saya harus menulis. 

          Seketika kemauan menulis saya muncul, seketika itu pula Unit Kegiatan Mahasiswa yang saya ikuti membuka kelas kepenulisan. Betapa bahagianya hati ini dan saya pun mendaftar dalam kelas tersebut. Hal yang menarik bagi saya adalah tentor dalam kelas kepenulisan tersebut. Menurut saya, beliau adalah orang yang keren dan luar biasa. Dalam pikiran saya, beliau akan mengajarkan tentang teknik dalam menulis. Tetapi, itu di luar dugaan saya. Beliau sama sekali tidak mengutamakan hal tersebut. Penjelasan dari beliau membuat pandangan saya semakin luas. Saya sangat beruntung bisa bertemu dengan beliau. Dengan penugasan dalam setiap minggunya, maka mau tidak mau saya harus menulis. Tetapi hal itu membuat saya merasa senang. Saya tidak merasa terbebani sedikit pun. Bahkan, dengan hal tersebut, saya menjadi kecanduan dalam menulis. Saya ingin terus menulis. Menulis dalam hal apapun. Saya takut ketika saya berhenti untuk menulis, maka saya tidak akan mampu untuk membangkitkan semangat menulis itu. Oleh sebab itu, saya akan berusaha untuk terus berkarya dalam tulisan-tulisan saya. Menulislah kawan, karena dengan menulis engkau akan mengubah pandangan dunia. 

-Semangat menulis, semangat berkarya-

Saturday, March 30, 2013

Hujan Di Sore Hari



Hujan di sore hari, membuat alam begitu riang. Tumbuhan yang tumbuh di taman, menjadi lebih begitu segar dan indah. Ikan-ikan di kolam menari dengan kegirangan. Semut-semut berjalan, berbaris dengan rapi menuju pusaran makanan, menyambut suka cita pesta makanan. Angin yang berhembus meniupkan segalanya. Daun bergoyang, jatuh perlahan ke tanah.

Tetapi, hujan di sore hari, begitu dingin menyapaku. Dalam sepi tanpa tawa, aku pun terdiam. Melihat semua kejadian di sore hari. Hujan. Rintihannya membuatku pilu. Dan aku pun semakin terdiam. Tanpa kata, tanpa makna, tanpa rasa. Hambar. Begitulah hujan di sore hari. Dalam hati, aku pun bertanya, "Wahai hujan, tahukah engkau bahwa rintihanmu membuatku begitu pilu? Tahukah engkau bahwa butiran-butiran air yang kau jatuhkan membuatku semakin tak berdaya?". Dan aku pun semakin membisu. Diam tanpa kata. Merenung. 

Tidak. Tentu itu bukan salahmu. Engkau adalah anugerah. Dan aku tak mungkin mendustainya. Butiranmu sangatlah bermakna. Mungkin, hanya aku yang tak tahu diri. Melihat dari sisi yang berbeda. Betapa tidak tahu dirinya aku. Maaf. Hanya itu yang terucap di lidah. Dan aku pun, kembali terdiam. Merenung.